Seiring tumbuhnya kesadaran masyarakat pada konsumsi pangan bergizi tinggi yang terdapat pada ikan, peningkatan konsumsi ikan per kapita per tahun penduduk dunia meningkat tajam seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan data FAO, kebutuhan ikan untuk pasar dunia sampai tahun 2010 masih kekurangan pasokan sebesar 2 juta ton per tahun. Khusus di Indonesia berdasarkan data Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), konsumsi ikan perkapita pertahun penduduk Indonesia pada 2006 telah mencapai 30 kg per kapita per tahun, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 28 kg.
Hal ini menjadi salah satu pemicu peningkatan produksi ikan budidaya, khususnya ikan air tawar. Produksi budidaya perikanan Indonesia (budidaya air tawar, air payau dan laut) sebesar 278.864 ton pada tahun 1993 dan mencapai 1.468.610 ton atau mengalami peningkatan 80,77 % (rata-rata 8,08 % per tahun) pada tahun 2004. Budidaya perikanan air tawar di Indonesia umumnya dilakukan di kolam, sawah, bak, tangki atau akuarium. Selain itu, juga dilakukan di perairan umum dalam bentuk pemeliharaan di karamba atau sangkar, karamba jaring apung atau hampang.
Budidaya perikanan (akuakultur) tidak terlepas dari unsur ketersediaan air, lahan, benih dan pakan. Bertolak dari kebutuhan tersebut salah satu kegiatan penelitian BATAN diarahkan untuk mendukung peningkatan produksi ikan dengan penyediaan pakan ikan yang dapat mempercepat pertumbuhan dan bobot badan ikan. Terdapat perbedaan dalam hal kecepatan pertumbuhan dan bobot badan ikan karena lebih dari 50 % ikan jantan lebih cepat tumbuh dari ikan betina, ini disebabkan karena ikan jantan seluruh energy dari pakan digunakan untuk pertumbuhan, juga ikan jantan lenih rakus dalam hal makan, sedang pada ikan betina energy dari pakan digunakan untuk pematangan telur, pengeraman telur dan pemeliharaan larva dalam mulutnya. Maka dalam budidaya perikanan sangat diperlukan benih ikan jantan, akan tetapi untuk mendapatkan benih ikan yang sebagian besar jantan sangatlah sulit karena kita tidak bisa mengharapkan dari anakan ikan yang menetas pada waktu tertentu.
Bertolak dari hal tersebut diupayakanlah penggunaan teknik pejantanan ikan (sex reversal) dalam penyediaan benih ikan. Jantanisasi ikan bisa dilakukan pada berbagai jenis ikan konsumsi seperti nila gift, nila merah, gurame, patin, lele, kerapu, juga bermacam ikan hias seperti cupang, lohan, ranbow, guppy, tetra kongo, koi dan lain-lain. Jantanisasi merupakan teknik menstimulus benih ikan kearah jantan dan untuk ini diperlukan hormone jantanisasi ikan/ hormone testoteron alami.
Langkah selanjutnya dalam mendukung percepatan produksi ikan setelah dilakukan teknik jantanisasi dengan pemberian hormone alami dari bahan dasar testis ternak, telah dipersiapkan produk pakan ikan untuk memacu pertumbuhan/pembesaran ikan yaitu Stimulan Pakan Ikan (SPI). Keunggulan dari SPI ini dapat disimpan lebih lama dan tidak mengandung bakteri pathogen, sehingga secara tidak langsung ikan lebih aman untuk dikonsumsi dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pakan sejenis.
Apa itu hormone jantanisasi ikan ?
Hormon jantanisasi ikan adalah hormone yang dihasilkan oleh testis ternak yang menyebabkan timbulnya ciri seks sekunder jantan/maskulinisasi.
Dari manakah hormone itu berasal ?
Para peternak ikan mendapatkan produk hormone ini import dari China, Thailand dan Jepang, biasanya diberi nama hormone 17-α metiltestosteron sehingga harga hormone relative mahal, sulit didapat dan karena terbuat dari bahan sintetis kegunaannya sering dipertanyakan. Atas dasar itu BATAN mencoba memecahkan masalah tersebut dengan melakukan litbang untuk memproduksi Hormon “ Jantanisasi Ikan” yang bersifat “alami” karena terbuat dari bahan dasar testis ternak, sehingga tidak mengandung bahan residu kimia.
Penggunaan teknik nuklir pada uji radio immune assay (RIA) dengan menggunakan isotop yodium-125 dapat mengevaluasi hormone sehingga didapat konsentrasi yang sesuai untuk persentase jantanisasi ikan yang optimal, kemudian dari ekstrak jaringan testis didapat konsentrasi testoteron yang cukup tinggi, tingginya konsentrasi testoteron menunjukkan jumlah hormone androgen penghasil sel jantan lebih banyak. Dari beberapa testis hewan yang telah diuji ternyata kandungan kadar testoteron tertinggi terdapat pada testis ternak sapi yang selama ini menjadi limbah dan banyak tersedia di Indonesia.
Bagaimanakah cara pemberian pakan ini ?
Petunjuk pemberian hormone “Jantanisasi ikan”
Secara Oral
- Siapkan pakan hormone Jantanisasi Ikan sebanyak ½ kg
- Siapkan 12 ribu larva ikan umur 3-7 hari
- Siapkan kolam/bak pemeliharaan ikan untuk 12 ribu larva
- Siapkan wadah pakan hormone yang digantung sebanyak 3-4 tempat
- Masukkan larva ke dalam kolam/bak yang telah diisi air
- Masukkan pakan hormone ke dalam wadah gantung, kemudian dicelupkan agar larut dan dimakan oleh larva
Catatan :
ü Ukuran ½ kg pakan hormone diberikan selama 21 hari pada 10-12 ribu larva
ü Pemberian pertama sekitar 10 gr, 12 gr, 15 gr dan seterusnya, setiap hari pemberian bertambah sekitar 3-4 % dari total berat badan ikan
Secara Perendaman
- Siapkan hormone “ Jantanisasi Ikan” perendaman sebanyak 10 gr
- Siapkan 6 ribu larva ikan umur 3-7 hari
- Siapkan bak/aquarium yang dilengkapi sirkulasi air yang telah diisi air sebanyak 80 liter
- Masukkan larva ikan ke dalam bak/aquarium
- Larutkan pakan hormone ke dalam gelas yang telah diberi air secukupnya
- Tuangkan larutan pakan hormone ke dalam bak/aquarium yang telah berisi larva ikan
- Setelah 18-24 jam kemudian, air dalam bak/aquarium diganti dengan air biasa dan larva ikan dipelihara seperti kondisi biasa (tanpa pakan hormone)
Catatan :
ü Pengisian air pada bak/aquarium sebaiknya dilakukan sehari sebelumnya dengan tujuan untuk menstabilkan kondisi air
Bagaimana tingkat keberhasilannya ?
Setelah 2 bulan persentase ikan jantan mencapai 87-94 %.
Bagaimanakah nilai ekonomisnya ?
Berikut nilai keekonomian penggunaan hormone “Jantanisasi Ikan” dengan dua cara pemberian :
Cara Perendaman
- Harga hormone per 100 gram > Rp 250.000
- Bisa menjantankan ikan sebanyak 60.000 ekor larva
- Biaya penjantanan ikan per larva : Rp 250.000 / 60.000 ekor Rp 4,10
- Hormon diberikan selama 24 jam
Cara Oral
- Harga hormone per kg > Rp 300.000
- Bisa menjantankan ikan sebanyak 30.000 ekor larva
- Biaya penjantanan ikan per larva : 300.000 / 30.000 Rp 10 (21 hari)
- Hormone diberikan selama 21 hari
Apa itu Stimulan Pakan Ikan (SPI) ?
SPI dibuat dari campuran bahan-bahan dengan komposisi/formula tertentu seperti :
- Tepung ikan
- Bungkil kedelai
- Ampas kecap
- Menir
- Sludge kelapa sawit (SKS)
- Vitamin
- Tepung testis sapi
Tujuan Pembuatan SPI :
- Mendapatkan pelet ikan dengan harga yang lebih murah dari pakan di pasaran
- Memanfaatkan hasil limbah pertanian dan teknologi nuklir dalam mengawetkan dan mendekontaminasikan bakteri pathogen
- Mempercepat pertumbuhan ikan sehingga masa panen lebih cepat
Analisa unsure :
- Protein ± 30 %
- Kadar air, maksimal 12 %
- Lemak, minimal 6 %
- Serat kasar, maksimal 8 %
- Abu 12 %
- Jenis pellet tenggelam
Cara pemberian :
- Untuk makanan ikan air tawar masa pertumbuhan dengan berat badan 40 gr sampai siap dijual (± 150 gr-200 gr)
- Diberikan 3-4 % dari berat biomasa/berat badan total ikan yang ada
- Diberikan 2-3 kali sehari
Bagaimanakah cara mendapatkan hormone dan pakan ini ?
Hormon Jantanisasi Ikan dan SPI ini bisa didapatkan di Bidang Pertanian, Kelompok Nutrisi Ternak, Pusat aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi badan Tenaga nuklir Nasional, (PATIR BATAN) Telp. 021-7690709, Fax : 021-7691627
Daftar Pustaka
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN, Panduan Petugas Layanan Informasi, Jakarta.
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN, Buku Pintar Nuklir, Jakarta.
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN, Atomos, Media Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, Jakarta.
Oleh :Endang Megawati S.Pd.M.Pd.I