Teknik Serangga Mandul (TSM) merupakan sebuah produk inovasi terbaru pada pengendalian nyamuk. TSM merupakan suatu cara pengendalain vector yang ramah lingkungan, efektif, murah, potensial. Teknik ini disebut juga sebagai pengendalian spesifik spesies yaitu membunuh vector dengan vector itu sendiri (autocidal technique).
Cara teknik ini relative mudah yaitu dengan mengiradiasi koloni serangga jantan di laboratorium, kemudian melepaskan ke habitat secara periodic. Akibat pelepasan serangga ke habitat maka lama kelamaan di lokasi pelepasan tersebut akan terjadi penurunan populasi.
Dosis radiasi yang digunakan untuk memandulkan serangga adalah 65 dan 70 Gy. Bila dibandingkan dengan system pengendalian konvensional, TSM mempunyai banyak kelebihan yaitu bersifat spesifik spesies, mudah, murah dan ramah lingkungan.Dengan teknik serangga mandul ini diharapkan dapat mengendalikan jumlah populasi nyamuk penyebab penyakit yaitu di antaranya penyakit demam berdarah (DBD).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan dari orang sakit ke orang sehat umumnya melalui gigitan vector, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang sampai saat ini belum ditemukan obat atau vaksinnya. Nyamuk Aedes aegypti juga berperan sebagai vector yang potensial untuk penyakit Chikungunya. Ada satu hal yang perlu dicermati, ternyata bahwa jumlah kasus DBD/Chikungunya tidak sebanding lurus dengan jumlah nyamuk yang ditemukan di suatu lokasi, karena jumlah kasus penyakit lebih disebabkan oleh perilaku penghisap darah dari nyamuk betina. Untuk mematangkan telurnya nyamuk betina akan menghisap darah orang secara berulang atau berganti ke orang lain sampai darah yang dibutuhkan tercukupi.Karena sampai saat ini belum ditemukan obat untuk membunuh virus dengue dan vaksin anti dengue, maka satu-satunya cara untuk melawan serangan virus dengue adalah memutus rantai penularan penyakit DBD dengan cara membasmi nyamuk Aedes.
Teknik Serangga Mandul (TSM) merupakan suatu cara pengendalian vector DBD yang lebih ramah lingkungan, efektif dan potensial dibanding cara yang selama ini dijadikan andalan yaitu dengan menggunakan insektisida, yang lebih banyak menimbulkan masalah, seperti matinya hewan non target, timbulnya resisten vector dan pencemaran lingkungan.
Metode
- Pengurusan izin :
- Izin Etik dari Badan Litbang Kesehatan Kemkes
- Izin Lokasi dari Dinas Kesehatan terkait lokasi
- Survey Populasi Awal
Tujuan kegiatan ini untuk menentukan pola jumlah populasi setiap tempat yang akan dirilis dengan TSM, alat yang digunakan sangat sederhana yaitu berupa sebuah tabung (biasanya sebuah gelas plastic yang dindingnya ditempeli kertas saring tercelup ke air), sehingga dapat ditentukan pula berapa banyak jumlah nyamuk mandul yang akan dipakai untuk merilis di lokasi tersebut (jumlah yang dibutuhkan sebanyak sembilan kali populasi lapang perlokasi)
- Pemeliharaan Nyamuk
Pemeliharaan nyamuk secara masal dilakukan di laboratorium Hama dan penyakit Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN, Pasar Jumat Jakarta Selatan. Nyamuk Aedes aegypti dalam perkembangbiakannya mengalami metamorphosis sempurna, mulai dari stadium telur, jentik, pupa dan dewasa. Stadium telur, jentik dan pupa hidup di dalam air, sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan.
- Tempat peneluran (nyamuk dewasa) yaitu berupa kurungan nilon berukuran 40X40X40 cm3 berkapasitas 2.000 ekor. Nyamuk dewasa diberi makan campuran 1:1 larutan albumin telur 10g/l dan larutan sukrosa 100g/l, sumber darah berupa marmut hidup diberikan 2 jam sehari pada pagi hari mulai hari ketiga setelah pemberian campuran larutan pertama, dan tempat bertelur nyamuk berupa cangkir minum yang dindingnya diberi kertas saring sebagai tempat bertelur. Panen telur dilakukan setiap hari dengan cara melepas kertas saring dan menggantinya kembali. Telur dapat disimpan dalam keadaan kering atau langsung digunakan untuk pemeliharaan berikutnya.
- Pemeliharaan larva (jentik), larva dipelihara dengan cara merendam telur dari stok atau telur baru panen pada baki plastic berukuran 45 cm x 35 cm berkapasitas 1.000-2.000 ekor. Makanan larva berupa biscuit anjing (pedigree), pemberian makanan dimulai sekitar setengah butir berlanjut sesuai ukuran larva dan jangan sampai berlebih. Pupa yang terbentuk secara periodic dipanen dan dipindahkan ke kandang pembiakan (kurungan nilon), begitu seterusnya.
- Proses Iradiasi
Dosis iradiasi yang digunakan adalah dosis kisaran 65 dan 70 Gy. Nyamuk yang diiradiasi ditempatkan pada vial plastic berukuran tinggi 10 cm dan garis tengah 6 cm, masing-masing berisi 40 ekor nyamuk jantan yang ditutup sumbu kapas yang dibasahi larutan makanan nyamuk dewasa. Setelah proses iradiasi masing-masing nyamuk tersebut sesegera mungkin disebarkan ke lokasi penanggulangan (daerah endemic DBD). Meskipun terkena radiasi gamma nyamuk jantan mandul dapat bersaing secara normal dalam perburuan membuahi betina. Nyamuk jantan mandul yang kawin dengan nyamuk betina tidak menghasilkan keturunan. Setelah beberapa generasi berturut-turut dilepaskan, maka populasi hama akan terus menurun sampai angka nol, sesuai umur nyamuk yang hanya satu setengah bulan. Rilis nyamuk mandul dilakukan tiap minggu sampai populasi nyamuk yang ada di lokasi tersebut nol atau mendekati nol, atau lebih spesifik lagi sampai jumlah penderita DBD di lokasi tersebut hilang.
- Evaluasi populasi
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memantau perkembangan populasi nyamuk di lokasi rilis TSM, yang dinyatakan dengan tidak ditemukannya lagi nyamuk target. Tidak kalah pentingnya juga dipantau mengenai kasus DBD setelah rilis TSM.
Potensi Aplikasi dan Inovasi
Teknik Serangga Mandul (TSM) sejatinya merupakan salah satu kegiatan dari suatu usaha Instalasi Fasilitas Irradiasi. Oleh karena itu potensi sebenarnya dari aplikasi inovasi ini terbagi menjadi dua bagian besar :
- Instalasi Fasilitas Iradiasi (padat modal) dengan kegiatan pelayanan meliputi :
- Mutasi (pertanian)
- Pemandulan (umumnya serangga)
- Pengawetan (pangan, bahan baku dll)
- Sterilisasi (alat kesehatan, kemasan obat, dll)
- TSM, dalam hal ini merupakan kegiatan pemandulan . Mengapa kegiatan ini menjadi besar adalah karena cakupan masalah yang terjadi meliputi seluruh Indonesia dan Negara tropis lainnya.
Potensi aplikasi kegiatan usaha ini sangat potensial, di jepang TSM pada lalat buah merupakan suatu usaha bisnis yang menyatu dengan fasilitas irradiator. Begitu juga di Sudan TSM dalam taraf persiapan untuk mengendalikan nyamuk Anophelles arabiessis (penyakit malaria) kerja sama penanaman modal dengan USA. Di Indonesia saat ini baru mempunyai satu fasilitas irradiator swasta di Bekasi. Itupun sudah cukup kewalahan melayani pelanggan, sehingga sisanya kadang-kadang di lempar ke BATAN.
Sejak tahun 2011, metode TSM telah diaplikasikan di beberapa kota di tanah air. Hasilnya, TSM mampu menurunkan populasi nyamuk hingga di atas 90%. Selain uji coba di Salatiga, TSM juga sudah dilaksanakan di Kabupaten Banjarnegara (Jateng) dan Bangka Barat (Bangka Belitung). Meskipun kota-kota yang diuji coba memiliki karakteristik berbeda, TSM terbukti tetap dapat diaplikasikan dan mampu menurunkan populasi vector secara drastis.
Tabel 1. Pengaruh iradiasi sinar gamma terhadap tingkat kemandulan dan daya saing kawin nyamuk Aedes aegypti
No |
Dosis (Gy) |
Tingkat kemandulan (%) |
Daya saing kawin |
1 |
50 |
67,15 |
0,51 |
2 |
55 |
69,25 |
0,47 |
3 |
60 |
71,92 |
0,46 |
4 |
65 |
98,53 |
0,45 |
5 |
70 |
100 |
0,31 |
6 |
80 |
100 |
- |
7 |
90 |
100 |
- |
8 |
100 |
100 |
- |
9 |
110 |
100 |
- |
10 |
120 |
100 |
- |
Tabel 2. Pengaruh iradiasi pada lama hidup nyamuk Aedes aegypti jantan mandul.
Dosis Iradiasi (Gy) |
Umur (hari) |
||||
30 |
32 |
34 |
36 |
38 |
|
0 |
- |
- |
1 |
4 |
15 |
65 |
1 |
2 |
8 |
6 |
3 |
70 |
2 |
4 |
10 |
3 |
1 |
Tabel 3. Pengaruh pelepasan nyamuk mandul pada populasi nyamuk Aedes aegypti di ruang duduk dan ruang kerja.
Pelepasan ke |
Kontrol (0 Gy) |
||
Telur |
Larva |
Persentase penetasan |
|
I |
697 |
511 |
73,31 |
II |
84 |
69 |
82,14 |
III |
54 |
39 |
72,22 |
Pelepasan ke |
Dosis 65 Gy |
||
Telur |
Larva |
Persentase penetasan |
|
I |
613 |
313 |
51,06 |
II |
106 |
18 |
16,98 |
III |
16 |
0 |
0 |
Pelepasan ke |
Dosis 70 Gy |
||
Telur |
Larva |
Persentase penetasan |
|
I |
274 |
27 |
9,85 |
II |
77 |
0 |
0 |
III |
0 |
0 |
0 |
Oleh : Endang Megawati S.Pd, M.Pd. I
Daftar Pustaka
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN, Panduan Petugas Layanan Informasi, Jakarta.
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN, Buku Pintar Nuklir, Jakarta.
Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, BATAN, Media Nuklir Populer , Edisi 01/12/2012, Jakarta.